Ringkasan Suhbah Harian Maulana Syaikh Nazim
22hb Disember 2009
Menyanggah pendapat bahwa Yesus adalah Tuhan
A’uzubillah himinasyaitan nirrajiim
Bismillahir Rahman-nir Rahiim
Assalamu’alaikum wrwb.
- Mawlana berkata bahwa seseorang itu penting hanya jika Allah menganggapnya penting. Jika kita menganggap diri kita penting, atau rekan-rekan kita menganggap kita penting, itu tidak relevan jika kita tidaklah penting dalam pandangan Allah. Maka, buatlah Allah senang, bukan rekan-rekan kita.
- ‘Ulama Wahabi/Salafi sangat cepat mengutip hadis bahwa setiap hal yang baru dalam agama adalah sebuah inovasi (bid’ah), dan setiap perbuatan bid’ah akan menyesatkan. Mereka dengan cepat mengatakan bahwa gelar Sultan-ul Awliya adalah bid’ah, tetapi anehnya, ketika seseorang dari mereka menambahkan gelar Doktor di depan namanya setelah wisuda, itu tidak dianggap sesuatu yang bid’ah. Mereka sibuk menghujat hal sederhana dan tidak henti-henti memperdebatkannya; sementara mereka tidak melakukan apa pun terhadap bid’ah yang besar, contohnya rekan mereka yang mempromosikan percampuran antara pemuda dan pemudi dalam komunitas mereka. Mawlana mengingatkan kita bahwa selain ada awliya Allah (kekasih Allah), ada juga awliya syaitan (kekasih syaitan); jadi kita harus waspada terhadap mereka, karena mereka datang pada kita dengan menyamar sebagai ‘ulama terpelajar.
- Awliya Allah selalu berbaur dengan komunitas mereka, menasihati dan membantu orang; mereka tidak mengisolir diri mereka dari komunitas mereka. Awliya Allah memahami Rasulullah (saw); mereka memperoleh Al-Qur’an langsung dari hati Rasulullah (saw). Maka tempatkanlah hati kita bersama dengan para awliya ini – tunduklah pada mereka – dan kita akan belajar dan berubah menjadi lebih baik dalam perjalanan (spiritual) kita.
- Umat Kristiani menganggap bahwa Yesus adalah Anak Tuhan. Apa buktinya? Padahal tidak satu pun makhluk surgawi pernah melihat Yesus di Tahta Allah, di sebelah Allah. Allah mendengar ucapan-ucapan aneh ini dari mereka, dan Allah telah menyanggah anggapan ini dalam Al-Qur’an.
- Dalam Al-Qur’an, Allah menunjukkan bahwa Nabi Isa (as) dan ibunya mengkonsumsi makanan dan minuman yang sama dengan orang-orang bumi yang lain. Dalam surat Maryam, seorang malaikat berkata pada Maryam, “Janganlah bersedih! Tuhanmu telah menempatkan sebuah anak sungai di bawahmu, dan goncangkanlah batang pohon kurma itu ke arahmu; kurma matang akan jatuh di hadapanmu. Maka makan dan minumlah, dan janganlah bersedih.” Dan dalam surat Al-Maidah ayat 75, Allah berfirman, “Al-Masih, anak Maryam, tidak lain adalah seorang utusan, seperti halnya para utusan yang lain sebelumnya. Ibunya adalah seorang wanita suci. Mereka berdua mengkonsumsi makanan (bumi). Lihatlah bagaimana kita telah menjadikan wahyu itu jelas bagi mereka, dan lihatlah bagaimana mereka berpaling.”
- Jadi, sangatlah jelas bahwa mereka (Nabi Isa dan ibunya) makan dan minum. Oleh karena itu, tentunya mereka pun harus menggunakan kamar kecil untuk pembuangan. Maka, bagaimana mungkin Nabi Isa (as), maupun ibunya, dianggap sebagai tuhan bersama-sama dengan Allah mengingat mereka juga melakukan hal-hal yang sama seperti manusia lain, yakni buang air besar dan kecil, makan dan minum dari muka bumi ini?
- Dan kalau tuhan harus makan, berapa banyak kambing yang diperlukan untuk memuaskan rasa lapar tuhan? Dan apakah tuhan juga makan sayuran? Atau apakah tuhan juga berpuasa seperti kita? Lalu siapa yang jadi juru masaknya? Gunakan akal kita, jangan terus dibutakan dengan emosi, renungkanlah! Tentunya sangatlah jelas bahwa Tuhan tidak makan; oleh karena itu, kenyataan bahwa Yesus dan ibunya makan dan ke kamar kecil adalah bukti yang cukup bahwa mereka bukanlah tuhan seperti Allah. Mawlana berkata bahwa potongan pengetahuan ini cukup untuk menyanggah pendapat tentang ketuhanan yang diasosiasikan dengan Nabi Isa (as) maupun ibunya. Bahkan para malaikat tidak makan, jadi bagaimana mungkin seseorang yang diagung-agungkan sebagai Anak Tuhan bisa makan dan minum dari Bumi, bersama dengan sahabat-sahabatnya? Ini adalah penyanggahan yang kuat dan tidak dapat disangkal tentang pengakuan ketuhanan apa pun.
- Mawlana mengingatkan kita untuk tidak merasa bangga, tidak mencoba menjelaskan Rahasia-Rahasia dari Yang Gaib, tanpa pengetahuan yang pasti. Setiap kita merasa bangga, ingatlah bahwa kita juga harus ke kamar kecil bagaimana pun penting atau hebatnya kita; tidak seorang pun yang dapat hidup tanpa harus ke kamar kecil untuk membuang kotorannya.
- Hari Pengadilan semakin dekat, maka bersihkan diri kita, sucikan diri kita untuk perjalanan menuju Hadirat Ilahi ini. Adalah merupakan suatu kehormatan yang tiada bandingannya jika kita bisa dihadiahkan Pertemuan dengan Allah; ini adalah sesuatu yang sudah dipesan HANYA bagi orang-orang yang murni. Allah berkata dalam sebuah hadis Qudsi, “Aku adalah rahasia yang tersembunyi, Aku menciptakan manusia untuk menemukan rahasia tersebut.” Seseorang yang yakin pada lebih dari Satu Tuhan, adalah seperti orang yang telah jatuh ke dalam lubang kotoran, dilumuri dengan kotoran dari kepala sampai ke ujung kaki. Apakah mungkin Sang Raja akan memperbolehkan orang yang datang ke gerbang-Nya, penuh dengan kotoran berbau busuk, untuk menemui-Nya? Hanya segelintir orang terpilih, yakni yang tidak bernoda dan yang murni, yang aka dipertemukan dengan-Nya.
- Kita semua merasa ngeri mengingat kita akan diadili oleh Allah. Tetapi Tayfur Abu Yazid Al-Bistami (ra), seorang wali besar dan Grandshaykh ke-6 dari Silsilah Tarikat Emas Naqshbandi kita, mengatakan bahwa beliau menanti-nantikan Hari tersebut, karena beliau sangat ingin mendengar Allah memanggil namanya, karena beliau telah menunggu-nunggu saat itu sejak beliau diciptakan. Abu Yazid berkata bahwa bahkan jika Allah mengirimnya ke neraka setelah itu, kebahagiaannya mendengar Allah memanggil namanya akan memadamkan api neraka baginya.
- Mawlana menasihati kita semua untuk menanggapi nasihat ini dengan serius. Jangan menganggap bahwa Mawlana adalah orang tua yang tak berdaya; nasihat beliau ditujukan untuk seluruh manusia di planet ini. Mawlana member contoh bagaimana seekor semut dapat menggerakkan seluruh lembah semut, untuk waspada terhadap kedatangan tentara Nabi Sulaiman (as). Meskipun ukurannya kecil dan suaranya lemah, Allah mengirimkan pesan/nasihat semut tersebut ke SEMUA semut di lembah yang besar itu. Jadi, meskipun Mawlana rapuh dan berumur, pesan surgawi yang ditugaskan pada beliau untuk disampaikan akan mencapai ceruk terjauh sekali pun di planet ini.
- Wahai muslim, kenali Tuhan kita, puji dan agungkanlah Dia, mohon ampunlah pada-Nya, dan semoga Allah memberi kita kehormatan untuk dapat melihat keindahan surgawi-Nya walau hanya sekilas, dan memberi kita kesempatan untuk menyaksikan rahasia-rahasia surgawi. Amin.
Fatihah.