Jadilah mutiara, jangan menjadi cangkangnya: 2hb April 2010

Rangkuman Suhbah Mawlana Shaykh Nazim

2hb April 2010

Jadilah mutiara, jangan menjadi cangkangnya

Assalamu’alaikum wr.wb.

A’udzu billahi min-asy syaitan-ir rajim.

Bismillah-ir Rahman-ir Rahim.

  • Mawlana menyampaikan salam pada seluruh hadirin, dan beliau mendoakan agar keselamatan dan keberkatan akan tercurah pada grup kecil dari hadirin yang penuh dedikasi itu. Beliau kemudian mendoakan agar kita semua dilindungi dari syaitan, yang merupakan sumber dari segala tragedi dan bencana yang telah menimpa manusia sejak awal sampai pada akhir nanti.
  • Di dunia ini, sangatlah mudah bagi Allah untuk memenjarakan syaitan, agar kita selalu selamat. Tetapi Kebijaksanaan-Nya mengizinkan syaitan menggoda manusia adalah karena Allah ingin menunjukkan nilai dan kehormatan manusia di Hadirat Ilahi. Setiap kali Allah menganugerahkan suatu kebaikan pada siapa pun di antara Bani Adam, dari Samudura Kehormatan-Nya yang tiada berakhir. Syaitan meledak dalam kemarahan dan kecemburuan; ia merasakan penderitaan yang sangat mendalam, seolah-olah api sedang membakar tubuhnya. Mawlana bertanya apakah mungkin syaitan, yang terbuat dari api, dapat menderita jika dibakar dalam api? Manusia terbuat dari tanah, jadi kita dapat dibakar. Tetapi dapatkah makhluk yang terbuat dari api dibakar juga? Akankah syaitan menderita jika ia dilempar ke neraka jahanam? (Pertanyaan itu dibiarkan tidak terjawab oleh Mawlana).
  • Mawlana berkata bahwa setiap mukmin, diantara milyaran mukmin, ada di maqam/tingkatan pemahaman dan keyakinan yang berbeda. Oleh karena itu, surga yang akan diwarisi oleh setiap orang (di antara milyaran orang tersebut) juga akan berbeda satu dengan yang lain (berdasarkan tingkatan pemahaman dan keyakinan masing-masing orang), tidak ada satu yang akan sama dengan yang lain. Mawlana memberikan sebuah contoh tentang milyaran rumah yang ada di muka bumi, tetapi tidak ada dua rumah yang isinya sama persis, dan tidak ada dua rumah yang aktivitas keseharian di dalamnya sama persis. Ini adalah simbol dari Kebesaran Allah, bahwa Ia tidak pernah menciptakan dua makhluk yang sama persis.
  • Kita harus mempelajari tentang Atribut-Atribut atau Sifat-Sifat Allah. Kita harus mempelajari Al-Qur’an, karena Al-Qur’an bukan hanya sekedar satu Samudera. Mawlana berkata bahwa Al-Qur’an adalah Deretan Samudera yang tiada habisnya, dan bahkan para nabi dan rasul belum pernah mencapai tepian dari Samudera-Samudera ini; Samudera-Samudera ini sangatlah luas dan dalam! Jadi kita harus menghargai Al-Qur’an, dan mempelajarinya.
  • Kita dapat belajar tanpa tekhnologi. Kita tidak boleh bergantung pada tekhnologi, karena tekhnologi bersumber dari kotoran syaitan. Orang-orang yang menghomati tekhnologi, berarti mereka menghormati syaitan. Sangatlah benar bahwa tekhnologi tampaknya menakjubkan – sangatlah membingungkan bagaimana suhbah ini dapat mencapai Dunia Timur dan Barat dengan tekhnologi. Tetapi apa yang Allah telah berikan pada hamba-hamba-Nya yang terpilih, sangatlah melebihi kekuatan tekhnologi. Pada kenyataannya, tekhnologi menjadi tidak bernilai atau tidak berarti, jika dibandingkan dengan apa yang Allah telah berikan pada orang-orang yang takwa.
  • Dalam sebuah hadis Qudsi Allah berfirman, “Wahai hamba-Ku, patuhi Aku, dan aku akan memakaikan padamu Rabbaniyat. Dan jika kamu berkata JADILAH, maka TERJADILAH!” (Rabbaniyat artinya Jubah Kehormatan Ilahi)

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia.(Quran 36:82)

  • Siapakah gerangan hamba-hamba terpilih ini, yang telah dianugerahi keistimewaan surgawi semacam itu? Mereka adalah hamba-hamba yang telah mencapai maqam/derajat tertinggi. Mereka adalah hamba-hamba yang tidak mencari kenikmatan jasmani, mereka hanya semata-mata mencari keridhoan-Nya. Mereka adalah hamba hanya bagi Tuhan mereka; mereka bukan hamba dari selain-Nya – mereka bukanlah budak bagi syaitan, bagi ego mereka, bagi hawa nafsu mereka, maupun bagi dunia. Seseorang yang telah mencapai tingkatan tersebut, Allah menyebutnya sebagai “Abdi (hamba-Ku)!”

Al-Fatiha.

This entry was posted in 2010 @id, April @id. Bookmark the permalink.