Rangkuman Suhbah Mawlana Shaykh Nazim
8hb Februari 2010
Siapa yang akan menduduki Tahta di Hari Pengadilan?
Assalamu’alaikum wr.wb.
A’udzu billahi min-asy syaitan-ir rajim.
Bismillah-ir Rahman-ir Rahim.
- Mawlana meminta dukungan dari gurunya, Sultan-ul Awliya Shaykh Abdullah (qs), yang merupakan wakil dari Rasulullah (saw) pada zaman ini. Mawlana meratapi fakta bahwa kita adalah makhluk lemah yang sangat mudah terpengaruh dan terjebak oleh syaitan, dan beliau memohon bimbingan dari gurunya, untuk memohon dukungan Ilahi agar menyelamatkan kita. Mawlana berkata jangan mengira bahwa kita memiliki kemampuan untuk menghindar dari cengkeraman syaitan tanpa pertolongan Allah! Jangan bergantung pada ilmu kita, amal kita, kekayaan kita, harta simpanan kita, status kita, teman-teman kita, kemampuan kita, kekuatan kita – tidak, hal-hal tersebut tidak berguna dan tidak berdaya untuk menolong dan melindungi kita. Jadi bergantunglah pada pertolongan Allah (swt), yakinlah pada Allah!
- Tidak satu pun di dunia ini yang dapat menolong kita, tetapi sangat banyak dari kita sepenuhnya bergantung pada anugerah duniawi kita untuk menyokong diri kita. Mayoritas umat manusia mengejar-ngejar dunia, mencari materi untuk melindungi diri mereka sendiri. Tetapi perlindungan dari kejahatan hanya bersumber dari surga/langit, karena dunia ini dipenuhi dengan kejahatan, dipenuhi dengan iblis, yang telah menyiapkan perangkap-perangkap yang tak terhingga jumlahnya untuk setiap manusia. Bagi setiap manusia di muka bumi, sekurang-kurangnya ada tujuh syaitan yang didedikasikan untuknya. Jadi sekurang-kurangnya ada lima puluh milyar syaitan menjalajahi bumi saat ini! Pada akhir zaman ini, para syaitan tak henti-hentinya bekerja keras untuk menyiapkan perangkap-perangkap bagi mata kita, telinga kita, pikiran kita, lidah kita, kaki kita, perut kita, hati kita – perangkap-perangkap ini sangatlah berbahaya dan mematikan. Hanya Allah lah yang dapat mengulurkan perlindungan surgawi-Nya pada kita. Tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat melindungi kita dari kelicikan dan kekejaman musuh-musuh yang tidak kasat mata ini.
- Wahai umat manusia, apakah kalian menyadari bahwa kalian akan dikumpulkan di hadapan Tuhan kalian suatu hari nanti? Kedengarannya sederhana, dikumpulkan di hadapan Allah – tetapi kedengarannya begitu karena pikiran kita tidak dapat memahami kebesaran peristiwa tersebut – untuk dikumpulkan dengan Buku Amal kita, untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan, untuk mempersembahkan amal kita untuk ditimbang di Neraca Kebenaran, untuk menghadapi gugatan-gugatan dari orang-orang yang telah kita nodai atau aniaya dalam kehidupan kita, dan untuk menyeberangi jembatan Siraati yang selebar rambut, sementara ancaman api neraka membara di bawah kita. Itu adalah peristiwa yang sangat penting, peristiwa yang akan menentukan kehidupan abadi kita, Hari dimana kita akan berdiri di Padang Mahsyar, telanjang, berkeringat di bawah teriknya panas matahari yang berada tepat di atas kepala kita, bergetar ketakutan di dalam penyesalan; bahkan para nabi dan rasul juga akan bereaksi demikian pada Hari itu. Apakah itu terdengar seperti peristiwa kecil, yang dapat dianggap remeh?
- Telah ditulis dalam Kitab-Kitab Suci, bahwa Tahta Suci, arasy, akan dibawa ke Padang Mahsyar pada Hari itu. Mengapa? Tentu saja bukan karena Allah akan ‘duduk’ di Tahta tersebut selama memimpin proses Pengadilan, karena Allah tidak terikat oleh ruang dan waktu, Dia tidak bergerak, dan tidak satu pun di antara ciptaan dapat menampung Zat-Nya. Agar Allah dapat bergerak, Dia harus dapat bergerak dalam ruang, tetapi ruang adalah ciptaan-Nya, dan ciptaan-Nya tidak dapat menanggung-Nya. Jadi Allah, Yang Maha Tidak Diketahui, adalah Zat yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Tetapi setiap ciptaan (tidak seperti Penciptanya) terikat oleh ruang dan waktu (punya awal dan akhir), dan ciptaan tersebut harus ada di suatu tempat, suatu bidang atau suatu derajat (maqam).
- Seluruh Alam Semesta ini, dengan ketujuh langit dan ketujuh lapisan buminya, akan seperti sebuah cincin yang sangat kecil jika dihadapkan pada kursi (Kursi Suci), dan kursi ini hanyalah seperti lilin jika dihadapkan pada arasy (Tahta Suci)! (kursi dan arsy tidaklah sama). Bayangkan Kebesaran dan ukuran dari Tahta Suci! Dan adalah mustahil untuk menghitung banyaknya ‘lilin’ pada Tahta yang besar tersebut, dan pada kenyataannya, para malaikat tidak dapat mengangkut Tahta tersebut. Jadi para malaikat hanya akan membawa versi ‘miniatur’ dari Tahta tersebut ke Padang Mahsyar.
- Jadi siapakah yang akan menduduki Tahta Suci tersebut di Padang Mahsyar? Allah (swt), yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, tentunya tidak akan ‘duduk’ di Tahta tersebut, karena itu merupakan pemahaman menyimpang dalam Keesaan-Nya (tawhid). Jadi untuk siapakah Tahta tersebut ditempatkan di sana?
- Allah (swt) berfirman, “Yang paling Kucintai, Muhammad, akan menduduki Tahta tersebut, karena ia mewakili-Ku, Tahta tersebut tidak akan dapat menyangga-Ku, tetapi Tahta itu dapat menyangga orang yang mewakili-Ku.”
- Perjanjian Lama dan Baru menyebutkan tentang orang yang akan menduduki Tahta tersebut. Umat Kristiani meyakini bahwa Nabi Isa (as) akan menduduki Tahta tersebut, tetapi mereka melucuti beliau dari martabatnya dengan meyakini bahwa Nabi Isa (as) telah disalib dalam penghinaan. Kaum Yahudi meyakini bahwa Nabi Musa (as) akan menaiki Tahta tersebut pada Hari itu, tetapi bukan juga begitu. Ketika Nabi Musa (as) berkata pada Allah, “Tunjukkan Diri-Mu padaku,” Allah berkata padanya, “Wahai Musa, kamu tidak akan dapat menanggungnya. Tetapi Aku akan menunjukkanmu deputi dan wakil-Ku yang sebenarnya untuk seluruh ciptaan, Aku akan menunjukkan padamu nur-nya (cahayanya).” Dan Sayyidina Musa (as) melihat nur tersebut untuk waktu yang singkat, melalui sebuah pembukaan yang diarahkan pada sebuah gunung yang besar, dan gunung tersebut hancur menjadi debu. Cahaya itu bukanlah nur-nya Allah, bukan dari Allah, karena jika cahaya tersebut dari Allah, seluruh ciptaan (bukan hanya gunung tersebut) akan hancur menjadi debu. Jadi ketika Musa memohon, “Tunjukkan Diri-Mu padaku,” Allah menunjukkan padanya hanya satu sinar dari tajalli (manifestasi) Cahaya Muhammad melalui sebuah pembukaan kecil – gunung tersebut hancur dan Nabi Musa (as) jatuh pingsan.
- Allah (swt) Sendiri tidak akan ‘bergerak’ ke Tahta tersebut untuk ‘mendudukinya’, karena sifat tersebut milik ciptaan, bukan milik Sang Pencipta, karena Dia tidak dapat digerakkan, tidak terikat oleh ruang dan waktu. Jadi Dia mengutus wakil-Nya, Sayyidina Muhammad (saw). Allah (swt) akan berkata pada Sayyidina Muhammad (saw), “Wahai Muhammad, kemarilah dan duduklah di Tahta tersebut mewakili-Ku, dan Hakimi umatmu dan seluruh ciptaan!”
- Bukti dari hal tersebut tercantum dalam Al-Qur’an, dimana Allah berfirman kepada Rasulullah (saw):
Segera Tuhan-mu akan mengangkat kamu (wahai Muhammad) ke derajat yang Terpuji dan Agung! (Quran 17:79)
- Maqam mahmuda yang disebutkan dalam ayat tersebut bukanlah di dunia ini. Itu adalah maqam (derajat) di akhirat, derajat yang paling tinggi bagi ciptaan, maqam yang sangat didambakan oleh iblis. Iblis telah melakukan ibadah selama beribu-ribu tahun karena ingin menjadi yang terpilih. Jadi Nabi Muhammad (saw) akan menaiki Tahta Suci tersebut pada Hari Pengadilan, sebagai khalifah Allah yang terpilih, sebagai wakil-Nya yang sesungguhnya.
- Suhbah ini untuk mengajarkan kita tentang Maqam (derajat) Yang Terpuji dan Agung yang Allah karuniakan pada Yang Paling Dicintai-Nya pada Hari Pengadilan, agar kita, sebagai umat Rasulullah (saw) memberikan penghormatan tertinggi dan cinta kepada beliau (saw). Kita menunjukkan cinta kita dengan mengikuti sunnahnya, mengingatnya dalam perayaan-perayaan mawlid dan qasidah, dan dengan berselawat atasnya, terutama dalam bulan suci Rabiul Awal ini, bulan dimana Allah mengutus Yang Paling Dicintai-Nya untuk bersama kita.
Al-Fatiha.