Rangkuman Suhbah Mawlana Shaykh Nazim
1hb April 2010
Lepaskan topengmu dan Jadilah dirimu sendiri
Assalamu’alaikum wr.wb.
A’udzu billahi min-asy syaitan-ir rajim.
Bismillah-ir Rahman-ir Rahim.
- Mawlana menginstruksikan semua hadirin untuk memohon ampun dan membersihkan diri sendiri, karena kebersihan (baik fisik, mental, maupun spiritual) adalah Perintah Allah yang pertama dan yang paling penting.
- Mawlana menasihati kita untuk meyakini kekuatan Bismillah-ir Rahman-ir Rahiim, karena kalimat tersebut adalah pedang surgawi yang dapat menghancurkan pertahanan syaitan.
- Mawlana berkata bahwa seperti juga kita, beliau juga menunggu-nunggu pengetahuan yang akan diajarkan di setiap suhbah untuk dibukakan pada beliau, karena pengetahuan semacam itu membantu seseorang untuk menundukkan egonya, sampai kita dapat menginjak ego kita dengan kaki kita. Mawlana bertanya jika kita pernah mencoba menginjak ego kita. Sangatlah jarang untuk menemukan orang yang melakukan hal tersebut. Mawlana berkata bahwa 99% manusia tunduk pada ego mereka, dan tunduk pada syaitan. Pernahkah kita bergulat untuk menundukkan syaitan, dan menempatkan kaki kita di atas lehernya dengan penuh kemenangan? Penahkah kita mengalahkan syaitan dan menginjak-injaknya? Pernahkah kita melihat syaitan sebelumnya?
- Jika kita pernah melihat syaitan, kita akan mengetahui bahwa dia adalah kumpulan topeng-topeng yang sangat banyak! Setiap hari, syaitan meletakkan topeng yang berbeda di muka kita, kemudian ia menyarankan kita untuk bercermin. Contohnya, ia bisa saja menempatkan pada kita topeng seorang wali yang terpelajar. Maka, kita melihat diri kita sendiri, dengan segala amal baik kita, dan kita percaya bahwa topeng yang kita pakai tersebut adalah diri kita yang sebenarnya. Setiap topeng mengangkat ego kita ke status yang tinggi, dan kita ditipu agar percaya bahwa kita benar-benar orang yang terhormat! Mungkin topengnya adalah topeng seorang hamba yang rendah hati, jadi kita mengira bahwa kita adalah orang yang patuh. Kita mengira kita spesial dan hamba Allah yang terpilih. Kita mengira bahwa amal kita telah membawa kita ke derajat spiritual yang tinggi. Kita mengagumi kehebatan kita sendiri, kesucian kita sendiri, derajat kita sendiri – dan kita lepas dari rahmat karena kita telah ditipu oleh topeng syaitan. Setiap topeng merupakan suatu kebohongan bagi ego kita, sebuah perangkap untuk menipu kita agar kita memuji dan memberikan status pada diri kita sendiri! Diri kita yang sesungguhnya tersembunyi dibalik topeng tersebut.
- Setiap orang yang menginginkan kemajuan dalam kehidupan spiritualnya dan menginginkan kedekatan pada Allah, adalah sasaran utama dari syaitan. Melawan syaitan, pendukungnya dan pengikutnya, akan memberikan kehormatan pada kita.
- Jika manusia mewarisi surga, dia akan menemukan bahwa setiap tingkatan dari ketujuh tingkatan surga (jannah) sangatlah berbeda. Di surga tingkatan pertama, manusia akan meninggalkan tubuh fisiknya, dan akan berada dalam wujud keberadaan yang sangat berbeda. Manusia akan terpana dan takjub akan transformasi ini, sampai-sampai ia akan bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah ini benar-benar aku?” Kita akan merasa sangat senang melihat bagaimana Allah telah mengubah kita dan apa yang telah Allah siapkan untuk kita di sana. Akal kita tidak akan dapat menangkap apa yang sedang dialaminya. Dengan luapan emosi yang dalam, kita akan bersujud di hadapan Allah (swt), dan ketika kita bangkit, hati kita akan dipenuhi oleh rasa syukur dan terima kasih pada Allah, atas apa yang telah dianugerahkan-Nya pada kita.
- Pengetahuan ini benar-benar ada dalam Kitab-Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah. Tetapi banyak dari kita tidak dapat membayangkan bagaimana kehidupan di surga itu, karena hanya para nabi dan rasul yang memiliki pemahaman yang sesungguhnya mengenai apa yang ada dalam Kitab-Kitab tersebut. Bahkan bagi orang-orang di antara kita yang memiliki sedikit pengetahuan, kita kurang memiliki keyakinan yang pasti untuk dapat benar-benar memahami apa makna dari pengetahuan tersebut. Itu sebabnya kita belum dapat memahami makna dari ketujuh tingkatan surga.
- Ketika orang yang diberkati, yag ada di tingkatan pertama surga, itu diangkat ke tingkatan kedua, inderanya diberondong dengan pengalaman-pengalaman yang tidak pernah dia alami sebelumnya, bahkan tidak juga di tingkatan surga di bawahnya. Sampai ke detil terkecil (penglihatan, penciuman, pengecapan, perasaan, pendengaran, kehormatan, dsb) – semuanya akan sama sekali berbeda dari tingkatan pertama yang telah ia lihat. Sekali lagi, ia akan bersujud dalam rasa syukur pada Allah. Adegan ini akan terus diulang tingkatan demi tingkatan dalam surga. Tidak ada dua tingkatan surga yang sama dalam aspek manapun. Orang yang telah diberkati itu akan jatuh bersujud pada setiap tingkatan kenaikannya. Pada setiap tingkatan surga yang kita masuki, seluruh konsep dan pemahaman kita tentang surga akan dirombak dan berubah seluruhnya. SubhanAllah!
- Hanya setelah itu kita akan memahami kehormatan yang Allah telah anugerahkan pada kita, dengan menjadikan kita sebagai khalifah-Nya. Kita akhirnya akan memahami bahwa itu adalah derajat seorang Putera Mahkota, sebuah kehormatan yang tidak diberikan kepada satu pun makhluk yang lain. Itu merupakan suatu kehormatan dari zaman sebelum penciptaan sampai masa keabadian! Jika kita sudah merasakan kenikmatan surga, kita tidak akan pernah bosan, kita akan selalu menginginkan lebih dan lebih. Mawlana berkata bahwa berada di surga bukanlah seperti menonton televise – kita bukanlah semata-mata penonton kenikmatan surga, malah kita akan berkecimpung di dalamnya, mengalami dan merasakannya dengan setiap saraf di tubuh spiritual kita, kenikmatan abadi yang kita dapatkan dengan amal perbuatan kita di dunia.
- Tetapi untuk dapat mewarisi semua itu, kita harus menyertai para sadiqin! Ini adalah Perintah Allah dalam Al-Qur’an.
- Al-Qur’an mengandung nasihat bagi setiap anggota dari umat Nabi Muhammad (saw). Maka, datanglah dan ambillah jatah nasihat kita, untuk hidup menuju keselamatan. Para sadiqin adalah para penyembuh spiritual, dokter jiwa. Mereka diutus untuk mengajarkan kita apa yang dapat menyembuhkan kita dan bagaimana cara menyembuhkan kebutaan dan penyakit-penyakit kita. Para sadiqin mengungkapkan pada kita bahwa kita hanya sekedar berdiri di pantai Islam, kita belum menyelam ke dalam Samudera – jika saja kita mau menyelam, kita akan menemukan segala yang kita cari.
- Tahukah kita siapa yang akan menyertai kita ketika kita memasuki surga yang pertama? Itu adalah pertanyaan yang penting, kata Mawlana. Seperti halnya seorang turis yang mengunjungi sebuah kota untuk pertama kalinya, seorang pemandu wisata mengantarkan turis tersebut keliling kota, menunjukkan padanya tempat-tempat menarik. Mawlana berkata bahwa bahkan para tamu yang mengunjunginya di Lefke (Siprus), kota yang sangat kecil, membutuhkan seorang pemandu. Jadi apakah kita percaya bahwa kita membutuhkan Pemandu, ketika kita melewati pintu kematian yang sangat sulit, ketika jiwa kita meninggalkan tubuh fisik kita dan naik melintasi langit dan masuk ke dalam surga yang luas, untuk pertama kalinya?
- Pengetahuan adalah Kunci untuk membuka rahasia-rahasia tersebut, untuk menyingkap harta tersembunyi yang terkandung dalam hakikat setiap tingkatan surga. Pengetahuan semacam itu membuat orang tiada hentinya memuji Allah. Seseorang yang telah dianugerahkan pemahaman yang sesungguhnya tentang hakikat, akan memberikan pujian dan penghormatan tertinggi pada Tuhannya, Yang Maha Kuasa.
- Tidak ada manusia yang dapat memahami kehebatan Allah dan hakikat dari ketujuh surga, kecuali ia mempunyai seorang Pemandu, di dunia dan di akhirat. Kita membutuhkan seorang Pemandu. Sangatlah penting bagi seseorang untuk mencari seorang Guru, yang akan memegang tangan kita dan mengantarkan kita dengan selamat melalui perjalanan yang penuh dengan perangkap-perangkap bodoh, untuk menemukan hakikat kita. Seorang pemandu surgawi sejati membawa kita dalam perjalanan ini, langkah demi langkah, tingkatan demi tingkatan. Untuk mengajarkan tentang yang gaib, dunia mistis bukanlah untuk orang-orang yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai; hanya orang-orang yang hijabnya telah diangkat, dan yang telah dianugerahkan otoritas surgawi yang dapat melakukannya dan menjadi sumber penerangan bagi murid-muridnya.
- Bagi para ‘ulama yang belum mencapai tingkatan ini, turunlah dari kedudukanmu, rendahkan dirimu, kun Taliban (jadilah murid), dan belajarlah dari para Pemandu – tiada habis hakikat untuk dipelajari.
- Bagian terbesar dari pendalaman Islam adalah dunia Samudera Gaib yang penuh misteri. Meskipun kita hanya dapat mempelajari sekian banyak dalam masa hidup kita yang pendek, Mawlana berkata bahwa kita bahkan mungkin tidak mempelajari hakikat hal-hal yang ada di hadapan kita seberat atom pun. Kita harus berusaha untuk menanam biji-bijian kecil ini dan kita harus bersabar, karena biji-bijian ini tumbuh sedikit demi sedikit setiap harinya, dan mereka akan terus tumbuh selama-lamanya dengan Rahmat Allah! Kita akan memanen hasil dari panenan abadi ini selamanya. Jadi jangan bodoh, kata Mawlana, lepaskanlah topeng-topeng syaitan (berhentilah menipu diri tentang siapa diri kita sebenarnya). Datanglah dan pelajarilah rahasia-rahasia yang terkandung dalam Kitab-Kitab Suci, agar kita memperoleh keselamatan, kepuasan dan ketenangan abadi.
- Mawlana mengakhiri suhbahnya dengan menggambarkan dengan jelas apa yang sedang menunggu kita pada akhirnya. Bagi mukmin adalah kebahagiaan abadi, tetapi bagi kafir adalah kegelapan yang kekal. Jadi kenakanlah topengmu, dan hadapilah resikonya sendiri!
Al-Fatiha