Suhbah Maulana Sheikh Nazim
Akhir Tragis Osama Bin Laden
2 Mei 2011
A’uzubillahi Minassyaithan nir rajiim
Bismillahir Rahmaanir Rahiim
Assalamu’alaikum Wr Wb
(Osama bin Laden adalah tokoh kontroversial di dunia muslim, sebagian orang menganggapnya sebagai pejuang Islam, sedangkan sisanya menganggap beliau sebagai seorang teroris dan pembunuh. Apakah kematian beliau dianggap syahid ataukah tidak? Mawlana menyarankan untuk mengambil hikmah dari kematian tragis Osama.)
- Berita ini telah sampai kepada Maulana, bahwa Osama bin Laden yang dicari-cari di beberapa negara, telah meninggal. Setiap hal ada akhirnya, begitupun perbuatan Osama yang sudah mencapai titik akhir. Allah mengijinkan hal ini terjadi, dunia ini terbebas dari penindas satu persatu, sebagai tanda kehadiran sang penyelamat Imam al Mahdi.
- Osama mewakili kejahatan, dia terlibat dalam aksi menentang nilai-nilai kemanusiaan, dia melakukan banyak hal buruk dan sepenuhnya tidak menyadari akan konsekuensi atas tindakannya tersebut. Allah menjanjikan kemenangan untuk kita, walaupun datangnya setelah beberapa saat. Sekarang setelah 10 tahun Allah menghilangkan pemimpin kejahatan, Allah telah menghancurkan pemimpin (tukang) fitnah. Osama ada diurutan teratas, kematian dari seorang penindas ini membawa kenyamanan dan kedamaian di hati orang banyak.
- Siapakah yang disebut dengan penindas itu? Mereka adalah orang-orang yang bertindak tidak adil terhadap orang lain! Dan segala jenis penganiaya tersebut tidak akan diizinkan untuk hidup lagi di dunia ini. Bahkan jika ada miliaran orang yang berbuat jahat-mendukung diktator ini, semuanya akan dimusnahkan oleh Allah. (baca suhbah sebelumnya dimana Maulana mengatakan bahwa hanya para ahli surga yang akan ditinggalkan di bumi pada saat Imam Mahdi (as) muncul.) Syaikh Abdullah (q) berkata, “Penindasan tidak dapat dibiarkan, karena jika itu dibiarkan, dapat menghancurkan segalanya.”
- Slogan di seluruh dunia Arab yang didengungkan begitu jelas sekarang, bukan serangan pribadi terhadap para pemimpin mereka – tidak, itu ditujukan pada tipe (atau jenis) makhluk para pemimpin yang mewakili – tiran dan diktator – mereka adalah Fir’aun dan Namrud di dunia modern. Panggilan ini menyebar dari Timur ke Barat, itu adalah panggilan untuk mengakhiri masa penindasan, yang diramalkan oleh Rasulullah (SAW), bahwa setelah masa kesultanan, akan datang masa penindasan.
- Allah-lah yang menggerakkan hati manusia untuk memberontak terhadap tiran ini, Dialah yang membimbing mereka untuk berbicara menentang ketidakadilan ini. Hati Manusia telah digerakkan sehingga mereka tidak lagi mentolerir penindasan, pesan yang dibawa mereka adalah, “Kami bosan dengan penindasan!” Pada kenyataannya, mereka tidak protes tentang kelaparan di komunitas mereka atau pembatasan dalam hidup mereka, hati Manusia telah menjadi sakit dan lelah oleh Penindasan dan Tirani ini. Itulah sebabnya mengapa begitu banyak demonstran menantang berdemonstrasi di jalan-jalan, meskipun ancaman kematian ada di hadapan mereka.
- Setelah masa penindasan, akan datang seseorang dari anggota keluarga Nabi. Nabi (saw) berkata, “Seorang anggota keluarga saya akan muncul, dan ia akan diberikan wewenang untuk bertindak, ia akan mengisi bumi dengan keadilan, dimana sebelumnya diisi dengan ketidakadilan. Dia adalah pria dengan kemuliaan, iman, pengetahuan, ketulusan, keadilan dan Kekuatan Ilahi. Ia akan membersihkan dunia dari Timur ke Barat, dari orang-orang yang tujuan hidupnya adalah untuk menipu orang dan menyeret orang ke dalam perselisihan dan menyiksa orang.
- Maulana mengatakan, tak seorang pun dengan hati yang murni bisa menerima tindakan dari penganiayaan ini (seperti Osama), dan penindasan dan ketidakadilan yang mereka bawa ke dunia ini . Lihatlah ayat-ayat dari Quran:
وَإِذَا ٱلۡمَوۡءُ ۥدَةُ سُٮِٕلَتۡ . بِأَىِّ ذَنۢبٍ۬ قُتِلَتۡ
dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya-(8), karena dosa apakah dia dibunuh (9) (Quran 81:8-9)
Di dunia Arab pra-Islam, selama jaman pertama orang Jahiliyah, bayi perempuan dikubur hidup-hidup karena memiliki bayi perempuan adalah aib. Allah berfirman dalam ayat-ayat di atas, bahwa pada hari kiamat, orang tua akan ditanya tentang apa dosa bayi itu hingga dianggap bersalah. Demikian pula, dengan kekuatan ayat yang sama, pemimpin tirani seperti bin Laden, yang telah menggunakan senjata dan bom pada makhluk manusia yang tidak bersalah dan tidak berdaya (yang tidak memiliki cara untuk membela diri mereka sendiri), akan dibangkitkan pada Hari Penghakiman dan ditanyai oleh Allah, sebagai mengapa mereka telah menyalahgunakan kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka. Allah akan bertanya kepada mereka, “Dengan dosa atau alasan apa hingga kau membunuh hamba-hamba Allah?”
- Islam tidak mengizinkan menyakiti siapa pun. Mereka, seperti Osama, yang menyebabkan kerugian, tidak memiliki andil dalam Islam, mereka tidak beriman. Siapapun yang menentang perintah Ilahi, mereka bukan Islam. Mereka tidak berhak untuk disebut sebagai orang beriman, maka Allah telah menulis nama mereka di daftar tirani.
- Maulana berdoa, “Ya Tuhan kami, jangan biarkan kami dikuasai Nafsu kami, bahkan untuk sekejap mata.” Maulana berkata bahwa ia tidak memuji dirinya sendiri (sebagai seseorang yang terbebas dari pengaruh Nafsu), tapi dia membuat hal ini sebagai doa, sehingga kita semua dapat belajar untuk mengenali alasan keberadaan tirani (dimana mereka mengikuti Nafsu mereka) dan untuk mengenali masa dimana kita berada (Zaman Tiran), sehingga kita bisa berjaga-jaga.
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ خُذُواْ حِذۡرَڪُمۡ
Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu (Quran 4:71)
Maulana memperingatkan kita semua, “Jagalah diri kalian dari kejahatan tirani (orang-orang yang mengikuti Nafsu mereka). Semoga Allah melindungi kita dari kejahatan Nafsu kita, kareana Nafsu selalu menipu kita dan mendorong kita untuk berbuat jahat.”
- Nafsu tidak pernah menyampaikan sesuatu dengan rendah hati, selalu dengan kebanggaan. Dengan demikian, kita harusnya tidak berkata, “Kami orang Iran, kami orang Pakistan, kami orang Arab.” Sebaliknya berkata, “Kami adalah Muslim, kami adalah orang-orang yang berserah diri pada Allah Yang Maha Agung.” Kehormatan Manusia dicapai dengan menyingkirkan Nafsunya dan pasrah diri pada Allah. Tidak ada kehormatan dikarenakan terkait dengan kelompok atau suku. Kehormatan adalah dari agama, bukan ras!
- Allah berfirman:
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai (Quran 3:103)
Kita semua harus berpegang teguh pada tali agama Ilahi dan tidak terbagi berdasarkan ras, suku atau bangsa. Tidak ada yang namanya bangsa Arab, hanya Bangsa (umat) Nabi Muhammad (saw). Persatuan hanya mungkin jika kita merendahkan diri dan menyangkal Nafsu kita, kareana Nafsu tidak pernah suka menerima orang lain sama sejajar, atau lebih unggul dari diri sendiri.
- Untuk melawan tirani, Allah tidak perlu mengirim pasukan Malaikat untuk mengalahkan mereka, Allah hanya perlu mengirim tentara virus mikroskopis untuk melaksanakan perintah-Nya, dimana virus tersebut adalah pasukan Allah yang tak terkalahkan! Dalam dua puluh empat jam, jutaan tiran bisa dihilangkan dengan mudah. Bahkan jika mereka mengerahkan tank dan kapal induk, mereka tidak bisa menjatuhkan virus. Di Basra, Irak, wabah virus diklaim menyerang 70.000 orang di hari pertama, membunuh 72.000 warga di hari kedua, 75.000 meninggal di hari ketiga dan pada hari keempat, tak seorang pun tetap tinggal di kota. Jadi tiran harus menyadari bahwa tank, jet tempur atau rudal nuklir mereka, tidak akan berguna sedikitpun terhadap tentara-Nya.
Al-Fatihah.
Penjelasan
- Segala sesuatu memiliki batas. Penindasan juga memiliki batas, penindasan tidak bisa terus tanpa batas, karena membawa banyak penderitaan dan penderitaan.
- Rasulullah (saw) berbicara tentang bagaimana era akan berubah, dari yang dipandu khalifah yang memperoleh petunjuk yang benar, para raja, para sultan, kemudian para Tirani, setelah itu anggota keluarga Nabi, Imamul Ashar, Sohibul Zaman (as) akan muncul untuk membawa perdamaian di seluruh dunia. Kita sekarang menyaksikan akhir dari masa para Tirani, yang akan menyambut kedatangan Imam Mahdi (as).
- Lihatlah betapa pentingnya menyadari konsekuensi atas tindakan kita. Osama mencoba untuk membalas dendam kepada dunia Barat, atas penganiayaan terhadap umat Islam di banyak tempat di seluruh dunia. Tapi tindakannya mengakibatkan penganiayaan lebih luas lagi, pembunuhan dan perang yang lebih banyak dan semakin banyak umat Muslim yang tidak bersalah yang menderita dan mati! Tujuan osama adalah untuk membantu, namun ia bertindak tanpa panduan Ilahi, ia mengikuti emosi dan kemarahan, dan pembalasannya yang tanpa pertimbangan malah membuat orang-orang beriman ke dalam banyak kesulitan. Banyak pengagumnya mengikuti apa yang sudah dilakukan osama, dan penyakit-bom bunuh diri dan pembunuhan yang tak masuk akal terjadi setelahnya. Saat ini, hanya untuk naik pesawat saja, kita diraba-raba (diperiksa seluruh tubuh), diidentifikasi dan dilecehkan, kita harus melepas topi, sepatu dan ikat pinggang, tas kita harus diperiksa dan diteliti dengan layar, benda-benda cair dibuang, dan setiap barang yang terlihat samar-samar menyerupai senjata akan disita. Tindakan Osama telah tertanam di benak sekian banyak orang , sehingga orang-orang berpikiran bahwa Islam adalah kekejaman, balas dendam, kebencian, pembunuhan, sakit dan teror. Sungguh ironis, ketika Islam di semua aspek kehidupan nyata, menyuarakan sebuah pesan Damai, rasa Cinta dan menuju ketentraman ! Satu individu melakukan suatu perbuatan menyimpang dan merusak citra Islam hingga begitu dahsyat, hingga citra islam tidak lagi dikenali, bahkan oleh kaum muslim itu sendiri.
- Orang yang menaati Nafsu nya adalah tirani, dan kejatuhan setiap tirani, adalah ketika ia dikuasi oleh keinginan jahat dari Nafsu nya. Maulana mengatakan bahwa kita semua adalah hamba – baik dari Nafsu atau Tuhan kita. Kita harus memilih! Mereka yang memilih diperbudak Nafsunya, telah kehilangan kehormatannya, dan telah kehilangan arah tujuan hidupnya, seperti Osama.
- Maulana mengutip ayat-ayat dari Al-Qur’an, mengingatkan kita untuk berhati-hati! Terhadap apa? Terhadap Nafsu kita! Kita harus mengakui bahwa kita Nafsu adalah pelakunya , dan kita harus mulai bekerja menahan diri dari Nafsu kita.
- Hal ini, sebenarnya merupakan kesimpulan dari seluruh perjalanan Sufisme dan Tariqah – untuk menahan hawa nafsu dan mendekati Allah! Bacalah percakapan yang menakjubkan antara Sultan Arifin, Syeikh Sayyidina Abu Yazid Al-Bistami (q) dengan Allah Yang Maha Kuasa berikut ini:
Syeikh: “Ya Tuhanku, bagaimana saya bisa datang kepadamu?”
Allah menjawab, “Wahai Abu Yazid, aku tidak berada lebih dari satu langkah darimu; injaklah (tekanlah) Nafsumu dan datanglah kepada KU. “
Syeikh: “Oh Tuhanku, berapakah jaraknya hingga aku sampai kepada-MU?”
Allah berfirman, “Wahai Abu Yazid, jaraknya sama dengan besarnya Nafsumu, begitulah jarakmu kepada-Ku.”
- Lihatlah Osama bin Laden – ia mempelajari Islam secara akademis dari buku-buku, ia berpakaian seperti seorang Muslim, ia memelihara jenggot, mengenakan pakaian longgar, membawa tasbih dan berbicara mengutip dari Quran dan Hadits. Secara lahiriah, ia mirip seorang yang beriman, Jadi apanya yang salah? Kesalahan tragis yang dibuat oleh Osama, adalah sebagai berikut; ia tidak pernah menyerahkan dirinya ke pemandu yang benar, untuk dilatih mengendalikan Nafsunya. Orang yang tidak memiliki Syeikh, maka Setanlah pemandunya (Hadits).
- Agama dari jiwa adalah penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, ikrarnya adalah La ila ha illallah , tidak ada Tuhan, selain Allah. Agama dari Nafsu, adalah menyerahkan diri kepada selain Allah, ikrarnya adalah La ila ha illa ana , tidak ada Tuhan selain Aku. Bila seseorang tidak belajar untuk menjinakkan Nafsu, maka hatinya dikuasai oleh Nafsu, dan semua pengetahuan serta tindakannya menjadi tercemar oleh kejahatan.
- Nabi datang untuk mengajarkan manusia mengatakan, tidak ada Tuhan selain Allah. Nafsu mengajarkan kita untuk berkata, “Akulah yang paling khusus. Akula yang paling penting. Akulah sesuatu yang benar-benar hebat. Aku memiliki pendapat sendiri, perkataan sendiri, perasaan sendiri, tentang segala sesuatu. Aku selalu benar – dunia, dan bahkan Allah, tidak. Aku sempurna – umat manusia selain aku, dan bahkan Allah, tidak. Akulah Tuhan Maha Tinggi” itulah kata terakhir yang diucapkan oleh Firaun. Maulana mengatakan bahwa, ada Firaun di dalam diri kita masing-masing. Jika kita membiarkan Nafsu berkembang maka hal tersebut diatas akan terjadi. Nafsu hanya memikirkan dirinya sendiri menjadikan nya terpisah dan terbebas dari Tuhannya. Ia menganggap dirinya sebagai ‘Tuhan’ yang terpisah dari Tuhan yang sebenarnya. Ini berarti mengadakan tandingan kepada Tuhan. Nafsu adalah idola satu satunya dalam hidup yang harus dihancurkan, seperti Nabi (saw) yang menghancurkan berhala di Kabah secara simbolis. Mereka yang menempatkan diri mereka sebagai tandingan untuk Allah akan dimusnahkan dan dilenyapkan.
- Tujuan sebenarnya dari Jihadul Akbar , Jihad Besar, adalah untuk menundukkan Nafsu , karena jika itu tidak dilakukan, semua pengetahuan dan tindakan kita, dilakukan dengan Nafsu dan untuk Nafsu, berarti mereka dilakukan menuju suatu tujuan yang jahat dan mereka dilakukan dengan kecurangan. Iblis adalah contoh klasiknya, ia ditendang keluar dari Hadirat Ilahi – bukan karena kurangnya pengetahuan atau ibadah, tetapi karena kurangnya rasa hormat pada perintah Allah, karena ia diperbudak oleh Nafsunya sendiri. Selama 40.000 tahun, Iblis telah menyembah Allah di bumi sebagai pemimpin jin. 40.000 tahun selanjutnya, Iblis menyembah Allah di langit, sebagai pemimpin para malaikat. Dan selama 40.000 tahun selanjutnya, Iblis menyembah Allah di surga, sebagai salah satu makhluk yang dekat dengan-Nya. Bahkan tidak ada sejengkal tangan pun tempat di bumi ini yang tidak merupakan bekas Iblis bersujud kepada Allah; jika ada, Shah Naqshband (q) akan menyembunyikan pengikutnya di sana, jauh dari racun iblis. Iblis telah beribadah sesuka hatinya, selama 120.000 tahun. Tapi pada suatu ketika, saat Allah memerintahkan dia untuk melakukan satu tindakan dalam ibadah, yaitu sujud, ia menantang. Nafsu suka melakukan sesuatu yang disenanginya, tidak suka diperintah, bahkan oleh Tuhannya sendiri.
- Syeikh mengatakan bahwa bahkan Sayyidina Adam (as) punya Nafsu dalam dirinya. Ketika Allah mengatakan bahwa dia bebas mengambil apa saja di surga , kecuali satu pohon, segera Nafsu nya diam-diam tidak senang dengan pembatasan itu, Nafsunya mempertanyakan kebijaksanaan hal tersebut, sehingga Nafsu menginginkan untuk mencicipi buah dari pohon itu. Syeikh berkata, jika tidak terdapat hasrat menentang yang tersembunyi dalam dirinya, Adam tidak akan tergoda untuk mencicipinya. Tapi Nafsu itu menuntunnya untuk mencicipi buah terlarang, dan selanjutnya Adam (as) menentang perintah Allah, menunjukkan adab buruk dalam memenuhi keinginan Nafsu dan tidak mematuhi Allah.
- Nafsu selalu mengarahkan kita kepada kejahatan.
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِىٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Quran 12:53)
- Jadi dari seseorang yang hatinya masih dikendalikan oleh Nafsu, akan muncul sebuah agama yang jahat dan menghancuran. Dia mungkin berpakaian seperti orang beriman, bicara seperti orang yang beriman dan beribadah seperti orang yang beriman – tetapi pada kenyataannya, dia adalah hamba terhadap Nafsunya sendiri, bukan kepada Tuhannya. Itu adalah tragedi Osama bin Laden. Seluruh upaya nya difokuskan pada apa yang ia yakini (dengan salah) sebagai jihad kecil, tapi dia mengabaikan jihad besar melawan Nafsu.
- Syaikh Adnan Kabbani mengatakan bahwa di zaman Nabi (saw), seorang mualaf akan mempelajari dasar-dasar Syariah (shalat, puasa, ritual Haji, dan lain-lain) dalam waktu yang sangat singkat (kadang-kadang dalam hitungan hari), dan mereka memfokuskan sisa hidup mereka, mencoba untuk menjinakkan Nafsu liar mereka dan mencapai kesempurnaan akhlak, perilaku yang baik . Kebalikannya, di zaman ini orang muslim mempelajari dasar-dasar Syari’ah selama bertahun-tahun, mengejar gelar diploma, sarjana dan master, tetapi hanya sedikit memperhatikan, atau bahkan tidak memperhatikan sama sekali, pada bagian terpenting dari menjadi seorang mukmin – menghancurkan sifat kejam, nafsu Nafsu, dan melakukan tindakan yang mencerminkan seorang beriman. Hasilnya? Di era tirani saat ini, hampir semua orang, diperintah oleh Nafsunya.
- Ingat, Nabi (saw) berkata, “Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.” Islam adalah agama damai – kedamaian dalam jiwa kita (ketika Nafsu dikalahkan) dan kedamaian dalam keluarga kita dan Masyarakat (bila tidak ada tirani berkuasa). Jutaan orang kafir masuk Islam setelah tersentuh oleh cinta, kasih dan keadilan. Tidak ada komunitas Yahudi atau Kristen yang menderita di bawah kekuasaan pemerintahan Muslim Ottoman. Hal tersebut adalah contoh dari tingginya nilai moral yang dibangun atas dasar Syari’ah Islam – bahkan musuh-musuhnya menghormati dan mengakui kasih sayang dan keadilan (yang diberlakukan oleh pemerintahan Ottoman).
- Agama yang dibawa oleh bin Laden tidak memiliki kemiripan dengan apa yang digambarkan di atas. Islam disamakan dengan kekejaman dan kegilaan, sebuah agama penuh kebencian, balas dendam dan pertumpahan darah. Kejahatan tersebut langsung dirasakan oleh semua orang, bahkan oleh sesama muslim. Lihatlah segala sesuatu dengan hati penuh kasih sayang dan dengan pikiran yang tidak memihak, maka seorang manusia dapat mengetahui bagaimana dia membawa sesuatu yang sangat asing ke dalam Islam, begitu jauh berbeda dari apa yang telah dibawa oleh Nabi (saw). Bin Laden membawa kebencian dari dalam Nafsunya kepada kita , Rasulullah (saw) membawa cinta dari hati beliau kepada kita.
- Misi yang paling penting yang menjadi kewajiban atas masing-masing dari kita, adalah berperang atas rasa bangga diri, di bawah bimbingan seorang pewaris sejati Nabi (saw), sampai kita menyerah pada ketentuan Tuhan kita. dan setelahnyakita menjadi ahlusunnah yang sebenarnya. Selama Nafsu adalah kapten kapal, selalu akan berlayar sepanjang jalur kesombongan Iblis, meskipun kita berpakaian, belajar, dan ibadah lahiriah sebagai Muslim. Ambilah pelajaran dari akhir tragis bin Laden – tragedi bukan hanya bahwa ia telah meninggal, tetapi bahwa ia telah hidup sebagai budak kemarahan, dendam dan kebencian. Dia telah mengikuti Nafsunya, sampai akhir hari-harinya.
- Itulah sebabnya Maulana selalu berdoa sebagaimana do’a Nabi, “Ya Tuhan kami, jangan tinggalkan kami dalam penguasaan Nafsu kami, meski untuk sekejap mata.” Nafsu adalah musuh yang keji dan mematikan , begitu besar bahayanya sehingga bahkan Nabi (saw) yang paling dekat kepada Allah, orang yang dilindungi dari Nafsunya, berdoa agar tidak dikuasakan kepada Nafsunya, bahkan untuk sejenak.
- Apakah kita bersedia berenang di kolam penuh piranha meskipun selama satu detik? Apakah kita akan membiarkan anak-anak kita bermain dengan satu keranjang raja kobra meski untuk satu detik? Karena kita tahu betapa mematikannya piranha dan ular kobra tersebut, sehingga kita harus mengambil tindakan pencegahan terhadap mereka – hanya dalam sekejap saja semuanya akan menjadi berantakan.
- Nabi (saw) tahu bagaimana mematikan Nafsu kita, dan dia telah mengajarkan kita Jalan untuk terbebas dari iblis. Pikirkan tentang hal ini – mengapa kita tidak mengindahkan panggilan beliau? Ketika Nabi (saw) berdoa beliau tidak berdoa berdasar atas Nafsu, meski untuk sesaat dalam hidupnya, mengapa kita berdoa dengan disertai Nafsu kita, bahkan untuk setiap saat dalam hidup kita?
Suhbah dalam bahasa Arab selama 44 menit ini dapat dilihat di www.Saltanat.org. Klik di sini untuk menontonnya sekarang.
Saltanat TV adalah laman web resmi Mawlana Shaykh Nazim dan telah disetujui dan diijinkan oleh Beliau sendiri.
You must be logged in to post a comment.